Last Updated on November 8, 2024 by Bilson Simamora
Para penulis (misalnya: Farrugia et al., 2010; Malhora, 2022; Mattick et al, 2018) menamai bagian ini sebagai problem formulation. Perumusan masalah adalah penyusunan argumen atau alasan ilmiah untuk menemukan rumusan masalah penelitian. Rumusan masalah adalah pertanyaan-pertanyaan penelitian (research questions) (Farrugia et al, 2010; Mattick et al, 2018) yang diturunkan dari masalah riset. Disebut perumusan karena pertanyaan besar masalah penelitian diuraikan, dijabarkan atau dirumuskan ke dalam pertanyaan-pertanyaan yang lebih spesifik yang disebut rumusan masalah. Melalui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan spesifik itulah peneliti menjawab masalah riset (research problem) (Booth et al., 1995).
Perumusan masalah memerlukan kemampuan teoritis serta pengetahuan tentang pengenalan konteks masalah (arrugia et al., 2010; Malhora, 2022). Untuk itu, dalam perumusan masalah, peneliti perlu mempelajari teori, diskusi dengan pihak-pihak yang dianggap menguasai konteks permasalahan, menganalisis data sekunder dan membuat riset pendahuluan atau kombinasinya (Malhotra, 2022). Dengan demikian, rumusan masalah atau pertanyaan-pertanyaan penelitian tidak muncul begitu saja, tetapi diturunkan dari masalah penelitian berdasarkan argumen ilmiah dan konteks masalah yang jelas.
Perumusan Masalah Menggunakan Teori
Perumusan masalah adalah proses penjabaran pertanyaan besar masalah penelitian ke dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian. Dalam penelitian ini, pertanyaan besarnya adalah bagaimana pengaruh tingkat pengetahuan mahasiswa terhadap penerimaan (acceptability) cryptocurrency. Masalah penelitian bisa dinyatakan dalam bentuk pertanyaan, bisa juga dalam bentuk maksud. Bagian yang di-bold pada latar belakang masalah di atas dan dinyatakan sebagai maksud adalah masalah penelitian. Masalah penelitian memang selalu ditempatkan di bagian akhir latar belakang masalah. Perumusan masalah dapat didasarkan pada teori, riset pendahuluan dan kombinasi keduanya.
Perumusan masalah menggunakan teori berangkat dari fakta bahwa sebagai pertanyaan besar, masalah penelitian menggunakan konstruk yang sifatnya luas dan abstrak. Pada contoh di bawah ini tingkat pengetahuan dan tingkat penerimaan adalah konstruk. Secara teoritis, ,konstruk dapat dijabarkan ke dalam dimensi dan selanjutnya variabel. Denga penjabaran tersebut kita dapat mendapatkan rumusan masalah, yang disebut juga pertanyaan penelitian.
Contoh perumusan masalah yang salah:
Latar Belakang Masalah Saat ini Cryptocurrency adalah uang elektronik yang sudah diterima sebagai salah satu alat penyimpan nilai dan alat pertukaran di berbagai negara. Sebagian kalangan sudah menggunakan alat uang ini sebagai tujuan investasi dan alat tukar. Namun, sampai saat ini kalangan yang menggunakan cryptocurrency sebagai nilai tukar dan lahan investasi masih terbatas. Masih banyak mahasiswa yang belum mengetahui, belum menggunakan, dan tidak tertarik pada uang elektronik tersebut. Penelitian ini dimaksudkan untuk menjelaskan pengaruh tingkat pengetahuan mahasiswa terhadap penerimaan (acceptability) cryptocurrency. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, rumusan masalah adalah: 1. Bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa terhadap cryptocurrency? |
Kenapa contoh di atas tidak tepat?
Pertanyaan penelitian (disebut juga rumusan masalah) muncul begitu saja dan tidak didahului perumusan. Memang jawaban atas kedua pertanyaan dapat memberi penjelasan terhadap latar belakang masalah, namun karena tidak didasarkan pada teori dan konteks yang jelas, pertanyaan penelitian yang diajukan berpotensi tidak memenuhi bukti validitas konten (content validity evidence).
Sebagaimana diketahui, pengetahuan dan tingkat penerimaan inovasi atau teknologi adalah konstruk. Agar rumusan masalah memenuhi validitas konten, konstruk perlu dijabarkan terlebih dahulu ke dalam dimensi, sub-dimensi (kalau ada) dan variabel penelitian. Alternatifnya, konstruk bisa langsung dijabarkan ke dalam variabel penelitian kalau dimensi atau sub-dimensi tidak ada. Selanjutnya, di dalam uraian tentang metoda penelitian, dimensi inilah yang dijabarkan ke dalam variabel-variabel pengamatan. Dengan prosedur demikian, penulisan rumusan masalah di atas, dengan menggunakan bantuan teori, menjadi seperti berikut ini.
Contoh perumusan masalah yang benar
Latar Belakang Masalah Saat ini Cryptocurrency adalah uang elektronik yang sudah diterima sebagai salah satu alat penyimpan nilai dan alat pertukaran di berbagai negara. Sebagian kalangan sudah menggunakan alat uang ini sebagai tujuan investasi dan alat tukar. Namun, sampai saat ini kalangan yang menggunakan cryptocurrency sebagai nilai tukar dan lahan investasi masih terbatas. Masih banyak mahasiswa yang belum mengetahui, belum menggunakan, dan tidak tertarik pada uang elektronik tersebut. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan masasiswa terhadap tingkat penerimaan (acceptability) cryptocurrency. Perumusan Masalah Menurut Cocolli et al. (2013), pengetahuan memiliki empat dimensi bertingkat, yaitu faktual, konseptual, prosedural, dan metacognitif. Pada tingkat faktual, individu memiliki pengetahuan tentang konsep dan dapat menjelaskan bagian-bagiannya. Pada tingkat konseptual, individu dapat membuat klasifikasi dan kategori, melakukan generalisasi, dan mengenal model-model terkait konsep. Terkait cryptocurrency, dalam penelitian ini, dimensi ini menyangkut: (1) kemampuan menjelaskan arti cryptocurrency dan (2) kemampuan menyebut mata uang cryptocurrency. Pada tingkat konseptual, individu dapat membuat klasifikasi dan kategori, melakukan generalisasi, dan mengenal model-model terkait konsep. Dalam penelitian ini, pengetahuan konseptual dicirikan oleh: (1) pengetahuan tentang nama-nama perusahaan yang bergerak di bidang jual-beli cryptocurrency, (2) kemampuan menjelaskan keuntungan dan kerugian menggunakan cryptocurrency sebagai alat tukar dan penyimpan nilai. Pengetahuan prosedural berkaitan dengan tata-cara penggunaan konsep, mengembangkan kriteria, mengevaluasi, serta menentukan prosedur terbaik. Dalam penelitian ini, pengetahuan prosedural dijabarkan menjadi: (1) kemampuan melakukan jual-beli cryptocurrency dan (2) cara berinvestasi menguntungkan pada kemampuan melakukan jual-beli cryptocurrency. Tahap tertinggi adalah metakognitif, di mana individu dapat membangun pengertian atau teori sendiri tentang konsep. Dalam penelitian ini, dimensi metagonitif dijabarkan menjadi: (1) kemampuan menjelaskan peranan cryptocurrency dalam perekonomian dunia, (2) status hukum cryptocurrency di berbagai negara dan (3) masa depan cryptocurrency. Berdasarkan Davis (1987) dan Giovanny et al. (2014), tingkat penerimaan suatu inovasi diindikasikan oleh: (1) persepsi manfaat atau kegunaan (perceived utility), persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) dan (3) kelayakan penggunaan (technical feasibility). Inovasi dalam penelitian ini adalah cryptocurrency. Dalam penelitian ini, ketiga dimensi tersebut dianggap bersifat reflektif dan dapat diwakili konstruk tingkat penerimaan cryptocurrency. Attour et al. (2021) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan berpengaruh pada tingkat penerimaan inovasi. Dalam penelitian ini, variabel independen diwakili oleh dimensi-dimensi pengetahuan, sedangkan variabel dependen adalah tingkat penerimaan cryptocurrency. Berdasarkan premis tersebut, maka rumusan masalah penelitian adalah:
|
Perumusan Masalah Menggunakan Teori dan Riset Pendahuluan
Sebagian penelitian membutuhkan studi pendahuluan (preliminary research) untuk merumuskan masalah penelitian. Dalam riset pendahuluan, bantuan teori diperlukan untuk mengetahui menjelaskan fenomena, mengenali data yang diperlukan, mengarahkan cara berpikir, merumuskan pertanyaan-pertanyaan riset yang diperlukan dalam penelitian konklusif, dan melakukan prediksi (Jirout, 2020; Kuhn, 2002; Malhotra, 2020; Reeves et al., 2008).
Contoh:
Latar Belakang Masalah Arwana adalah ikan asal Kalimantan yang memiliki nilai estetika dan nilai spritual bagi sebagian kalangan. Nilai-nilai dimaksud tidak sama antara ikan arwana yang satu dan yang lain. Variasi harga antar ikan sangat jauh. Berikut ini daftar harga ikan arwana menurut laporan Chairunnisa (2021):
Harga mencerminkan nilai produk (Kotler dan Keller, 2016). Produk yang harganya mahal memiliki nilai lebih tinggi dibanding yang harganya murah. Pertanyaan menarik adalah faktor-faktor apa yang mempengaruhi nilai ikan arwarna, sehingga harganya berbeda-beda? Inilah isu (research issue) atau masalah utama (main problem) penelitian ini. Perumusan Masalah Nilai adalah segala sesuatu yang berharga bagi konsumen yang diperoleh dari produk atau layanan saat mereka menggunakannya (value-in-use). Sebuah produk disebut berharga apabila memiliki nilai-nilai fungsional, hedonik, dan ekspresi diri (Aaker, 1991; Sulhaini, 2021) dan sacred value (Afiff et al., 2021; Rinallo et al., 2019). Berdasarkan penelitian pendahuluan diketahui bahwa bagi pemiliknya, ikan arwana memiliki nilai estetika (hedonic value), menunjukkan status sosial (symbolic), dan dipercaya dapat mendatangkan rezeki (sacred value). Nilai estetika ditentukan oleh jenis dan kecerahan warna dan motif kulit. Status sosial diindikasikan oleh ukuran, jenis, dan kelangkaan ikan. Nilai sacred terkait dengan jenis dan sumber ikan. Ikan asli dari sungai alami lebih bernilai dari hasil pembiakan. Posisi di sungai juga berpengaruh. Ikan yang berasal dari hulu lebih mahal dibanding dari hilir. Berdasarkan riset pendahuluan diketahui bahwa harga ikan arwana yang berbeda-beda dipengaruhi oleh warna sisik, kecerahan warna, motif sisik, ukuran ikan, jenis, kelangkaan, dan sumber atau asal ikan. Berdasarkan hasil prelimionary research dan penjelasan teoritis di atas, maka pertanyaan penelitian (research questions) atau rumusan masalah (specific research problems) adalah:
|
Penutup
Perumusan masalah adalah sebuah upaya menjabarkan masalah penelitian yang bersifat luas ke dalam pertanyaan-pertanyaan yang lebih spesifik. Pertanyaan-pertanyaan penelitian tidak muncul begitu saja, tetapi harus didasarkan pada ‘perumusan’. Cara berpikir yang dipakai dalam perumusan masalah adalah induktif, dengan bantuan teori dan riset pendahuluan. Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan spesifik, maka dengan cara berpikir deduktif, peneliti dapat menjelaskan masalah penelitian.
Jangan terjebak dengan kata ‘masalah’. Masalah bukan sesuatu yang negatif atau mengancam seperti penurunan penjualan, tetapi pertanyaan yang menimbulkan keingintahuan (curiosity) dan penting dijelaskan.
Nama yang digunakan bisa berbeda antara satu perguruan tinggi dan lainnya. Namun, yang tidak boleh berbeda adalah isi latar belakang, masalah penelitian dan rumusan masalah penelitian.
Referensi
- Afiff, A. Z., & Astuti, R.D. (2021). The addition of spiritual dimension on customer value to investigate the relationship of customer value, customer satisfaction and behavior intention on
Islamic Banks Saving Products in Indonesia,” ASEAN Marketing Journal, 1(1), 13-24.
DOI: 10.21002/amj.v1i1.1978 - Attour, A., Dominiquez-Pery, C., & Bendavid, Y. (2021). Information technologies, knowledge and innovation in smart cities: Current and future trends for management research. Systèmes D’Information & Management, 26(4), 3-18.
- Booth, W.C., Colomb, G.G., Williams, J.M., Bizup, J., Fitzgerald, W.T. (1995). The Craft of Research. Chicago, IL: The University of Chicago Press.
- Chairunnisa, S. (2021). 12 Jenis ikan arwana terpopuler yang cocok dipelihara. Ada yang berharga miliaran rupiah! 99.co [Personal Blog]. Retrieved October 21, 2022, from https://www.99.co/blog/indonesia/jenis-ikan-arwana/
- Coccoli, M., Vercelli, G., & Vivanet, G. (2013). Semantic wiki for learning and teaching computer science. Journal of E-Learning and Knowledge Society, 9(2). https://doi.org/10.20368/1971-8829/839
- Davis, F., 1987. User acceptance of information systems: The Technology Acceptance Model (TAM). 1st Edition [ebook]. Ann Arbor: University of Michigan. Available at: <http://deepblue.lib.umich.edu/bitstream/handle/2027.42/35547/b1409190.0001.001.pdf?sequence=2&isAllowed=y> [Accessed 15 October 2022].
- Farrugia, P., Petrisor, B. A., Farrokhyar, F., & Bhandari, M. (2010). Practical tips for surgical research: Research questions, hypotheses and objectives. Canadian journal of surgery. Journal canadien de chirurgie, 53(4), 278–281
- Giovanny, A.G., Eric, B., & Auguste, R. (2014). Towards a method for acceptability analysis: Application to healthcare innovation. Conference: 2014 International Conference on Engineering, Technology and Innovation (ICE). DOI: – 10.1109/ICE.2014.6871583
- Jirout, J.J. (2020). Supporting early scientific thinking through curiosity. Frontiers in Psychology. 11:1717. DOI: 10.3389/fpsyg.2020.01717
- Kuhn, D. (2002). What is scientific thinking, and how does it develop?. In Blackwell Handbook of Childhood Cognitive Development, ed. U. Goswami (Oxford: Blackwell Publishing.), 371–393. DOI: 10.1002/9780470996652.ch17
- Malhotra, N. K. (2020). Marketing Research: An Applied Orientation. 7th Edition. Upper Saddle River, NJ: Pearson Prentice Hall
- Mattick, K., Johnston, J.; de la Croix, A. (2018). “How to…write a good research question. The Clinical Teacher, 15 (2), 104–108. DOI:10.1111/tct.12776.
- Reeves, S., Albert, M., Kupert, A., & Hodges, B.D. (2008). Why use theories in qualitative research? BMJ, 337:a949. http://dx.doi.org.offcampus.lib.washington.edu/10.1136/bmj.a949
- Rinallo, D., & Oliver, M.M. (2019) The marketing and consumption of spirituality and religion. Journal of Management. Spirituality & Religion, 16(1), 1-5. DOI: 10.1080/14766086.2019.1555885