Apakah Begu Ganjang Itu Ada?

Sesuatu itu ada kalau budaya menyatakannya ada. Itu prinsip konsep culturally constituted world (CCW) yang digagas McCracken tahun 1986. Walaupun sudah lama teori ini masih relevan untuk menjelaskan berbagai fenomena saat ini. Sebagai contoh, Citayam Fashion Show tidak dikenal, tetapi sekarang menjadi sesuatu yang ada karena sudah masuk ke dalam ranah publik melalui pemberitaan masif. Apakah fenomena ini sudah masuk ruang budaya?

Pertama-tama, kita harus bahas dulu apa yang dimaksud dengan budaya. Banyak definisi tentang budaya, namun kita bisa mengartikannya secara luas sebagai tradisi, praktek, artefak, kepercayaan, sistem nilai, adat-istiadat, dan kecepercayaan yang tersebar (shared) pada anggota-anggota masyarakat. Konteks masyarakat bisa luas (misalnya budaya Jawa), ada pula yang sempit (misalnya budaya punk).

Citayam Fashion Week saat ini adalah peragaan busana yang dilakukan anak-anak muda di kawasan stasiun Dukuh Atas Jakarta Pusat. Praktek ini awalnya dilakukan oleh para remaja dari daerah penyanggan Jakarta yang dilewati oleh jalur kereta api, seperti Citayam, Bojong Gede dan Depok. Belakangan, kegiatan ini diikuti oleh beberapa artis dan politisi. Apakah ini fenomena itu sudah menjadi budaya? Ya, tetapi baru sebagai ‘praktek’ pada kalangan terbatas, belum menjadi tradisi. Artinya, masih pada lingkaran luar budaya yang masih mungkin berubah dengan budaya.

Teori CCW mengkhususkan diri pada dunia abstrak budaya. Di sanalah tersimpan memori, pengetahuan, sikap, standar, konsep dan kepercayaan masyarakat sebagai sebuah sistem yang kait-mengait. Apa yang disebut postur tampan dan cantik tergantung pada masyarakatnya, bahkan bisa bertolak belakang. Di Italia, dalam ulasan Mixi (2021) ini, lelaki tampan adalah lelaki bertubuh langsing dan bermuka lonjong. Di Ethiopia selatan, lelaki tampan dan seksi justru adalah yang berperut besar. Bahkan, lomba perut besar sampai dipertandingkan.

Dalam konsep CCW, kita memaknai segala sesuatu menurut budaya yang kita kenal. Budaya diumpamakan sebagai kacamata, dengan mana kita melihat dan memaknai segala sesuatu. Dari sana pula muncul ide-ide tentang produk, fashion, dan cara mempromosikannya. Sebagai contoh, apabila anda manyatakan, saya ingin membuat salon kecantikan, maka anda harus mengerti standar tentang ‘apa yang disebut cantik’?

Perusahaan jamu membuat ‘jamu tolak angin’ karena standar masyarakat yang menjadi sasarannya mengenal dan mengakui adanya penyakit masuk angin. Padahal, dunia medis sama sekali tidak mengenalnya.

Demikianlah, sebagian masyakat Batak mengakui adanya begu ganjang. Itu adalah hantu yang tingginya sampai 12 meter dan bisa diperintah dukun santet yang mencelakai orang lain. Banyak tertuduh dukun santet yang mati diamuk massa (contohnya di link ini) atas tuduhan mengirim begu ganjang. Apakah begu ganjang ada? Dia ada hanya karena budaya kalangan tertentu menyatakannya ada. Pada kalangan yang tidak mengenal atau mengakuinya, begu ganjang tidak ada.

Referensi

McCracken, G. (1986). Culture and consumption: A theoretical account of the structure and movement of the cultural meaning of consumer goods. Journal of Consumer Research, 13(1), 71–84. https://doi.org/10.1086/209048

Mixi (2021, August 23). Top 6 most handsome Italian men – updated. Knowinsiders [Popular News Blog]. Retrieved from https://knowinsiders.com/top-6-most-handsome-italian-men-updated-31990.html, July 23, 2022.