Passion

Orang-orang yang memiliki kemampuan sama dapat menunjukkan keberhasilan berbeda untuk tugas yang sama (Duckworth et al., 2007).  Sebab selain kemampuan, orang-orang membutuhkan modal pribadi lain untuk membuatnya berhasil menyelesaikan tugas (Constantin et al., 2011; Culin et al., 2014; Duckworth et al., 2007; Howard & Crayne, 2019). Modal pribadi ini diteorikan oleh banyak konsep, seperti perjuangan mencapai tujuan (goal striving) (Bagozzi & Dholakia, 1999), komitmen pada tujuan (goal-commitment) (DeShon & Landis, 1997), ketekunan (persevarance) (Duckworth et al., 2007), hasrat atau passion (Duckworth et al., 2007; Vallerand et al., 2003), dan kegigihan (persistence) (Constantin et al., 2011). Meskipun memiliki keunikannya masing-masing, setiap konsep menggambarkan bagaimana seseorang mempertahankan usaha dan minat dalam waktu yang lama meskipun menghadapi tantangan, kesulitan, kegagalan, dan kesulitan selama penyelesaian tugas.

Ketekunan dan kegigihan adalah ciri kepribadian yang melekat pada pribadi individu (Culin et al., 2014; Duckworth et al., 2007). Meskipun dapat dihubungkan dengan keadaan tertentu (Howard & Crayne, 2019), sifat-sifat ini diwariskan dan tidak dapat diubah dalam jangka pendek. Ia menggambarkan kecenderungan umum untuk bertahan dengan tugas tidak peduli bagaimana situasinya (Constantin et al., 2011).

Perjuangan mencapai tujuan dan komitmen pada tujuan adalah persistensi yang terkait dengan tujuan (goal-related persistence),  yang ditunjukkan oleh upaya individu untuk mencapai tujuan dan keengganannya meninggalkan tujuan meskipun dihadapkan dengan kemunduran atau umpan balik negatif dari upaya pencapaian tujuan itu (DeShon & Landis, 1997).

Salah satu faktor pribadi yang terkait dengan faktor eksternal adalah passion (hasrat). Passion bisa distimulasi oleh situasi dan bukan trait kepribadian.

Vallerand et al. (2003: 757) mendefinisikan passion sebagai “kecenderungan yang kuat untuk melekat (strong inclination to stick) pada aktivitas yang disukai, yang oleh individu dianggap penting, terhadap mana mereka menghabiskan waktu, biaya dan energi.”  Mereka menganggap passion sebagai pengalaman mengikuti keputusan yang telah dibuat terkait dengan aktivitas tertentu.

Vallerand et al. (2003) membagi passion ke dalam dua kategori, yaitu harmoiuos passion (HP) dan obsessive passion (OP).

Dengan harmonious passion, seseorang mengganggap suatu aktivitas sebagai hal penting dalam hidup. Mereka termotivasi untuk terlibat di dalamnya tanpa paksaan untuk melakukannya. Dengan pilihan bebas ini, aktivitasnya dapat diselaraskan dengan aspek-aspek lain dalam kehidupan seseorang. Passionate activity tidak menguasai individu, namun individulah yang menguasainya. Misalnya, seseorang punya passion dengan game. Dengan harmonious passion, maka orang itu dapat mengatur kapan dan berapa lama main game, sehingga kegiatan itu tidak mengganggu aktivitas-aktivitas individu lainnya. Berbagai penelitian menunjukkan harmonious passion berpengaruh positif pada kualitas hidup seseorang.

Obsessive passion terhubung dengan aktivitas mengambil porsi besar sebagai sumber identitas seseorang. Dengan aktivitas ini, seorang individu mengharapkan dampak tertentu, seperti harga diri, kegembiraan, dan penerimaan sosial yang dirasakan akibat keterlibatannya dalam aktivitas yang disukai. Gairah memiliki potensi untuk mengendalikan individu. Ketika memiliki obsessive pasion, passionate activity menguasai diri seseorang, sehingga aspek-aspek lain dalam dalam hidupnya terabaikan. Passionate activity merugikan diri sendiri dan orang-orang di sekitar individu.  Misalnya, main game yang berlebihan dapat merusak kesehatan dan menyebabkan seseorang lupa akan tugas-tugas lain. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa obsessive passion berpengaruh negatif terhadap kualitas hidup seseorang.

Referensi

Bagozzi, R. P., & Dholakia, U. (1999). Goal setting and goal striving in consumer behavior. Journal of Maketing, 63, 19–32.

Constantin, T., Holman, A., & Hojbota, A. M. (2011). Development and validation of a motivational persistence scale. Psihologija, 2, 99–120. https://doi.org/ 10.2298/PSI1202099C.

Culin, K. R. V., Tsukumaya, E., & Duckworth, A. L. (2014). Unpacking grit: Motivational correlates of perseverance and passion for long-term goals. The Journal of Positive Psychology, 9(4), 306–312. http://dx.doi.org/10.1080/17439760.2014.898320.

DeShon, R. P., & Landis, R. S. (1997). The Dimensionality of the Hollenbeck, Williams, and Klein (1989) measure of goal commitment on complex tasks. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 70(2), 105–116.

Duckworth, A. L., Peterson, C., Matthews, M. D., & Kelly, D. R. (2007). Grit: Perseverance and passion for long-term goals. Journal of Personality and Social Psychology, 92(6), 1087–1101. https://doi.org/10.1037/0022-3514.92.6.1087

Howard, M. C., & Crayne, M. P. (2019). Persistence: Defining the multidimensional construct and creating a measure. Personality and Individual Differences, 139, 77–89. https://doi.org/10.1016/j.paid.2018.11.005

Vallerand, R. J., Blanchard, C., Mageau, G. A., Koestner, R., Ratelle, C., Léonard, M., Gagné, M., & Marsolais, J. (2003). Les passions de l’âme: On obsessive and harmonious passion. Journal of Personality and Social Psychology, 85(4), 756–767. https://doi.org/10.1037/0022-3514.85.4.756