Last updated on October 17, 2025 by Bilson Simamora
DAFTAR ISI
- Siapa Saya?
- Sense-of-Self
- Konsep Diri (Self-Concept)
- Self-Concept: Multiple or single?
- Inner-Self dan Outer-Self
- Kesenjangan inner self dan outer self
- Identitas diri (self-identity)
- Citra Diri (Self-Image)
- Citra diri vs. identitas diri: Mana yang lebih kuat?
Siapa Saya?
Pertanyaan “siapa saya?” berasal dari kesadaran diri bahwa saya ini adalah seseorang (disebut sense-of-self atau self-awareness). Pendefinisian “who am I” dijelaskan dalam berbagai konsep yang berhubungan erat, yaitu:
- Sense-of-self.
- Self-recognition.
- Konsep diri (self-concept).
- Inner Self .
- Identitas diri (self-identity).
- Identitas personal (personal identity).
- Identitas sosial (sosial identity).
- Citra diri (self-image).
Berikut ini dijelaskan satu per satu.
Sense-of-Self
Kesadaran diri adalah pemahaman sadar (consciuous understanding) dan persepsi seseorang tentang identitas, pemikiran, perasaan dan pengalaman dirinya. Menurut para ahli, kesadaran diri sudah mulai muncul sejak bayi berusia 6 bulan sampai 12 bulan, namun tentu tingkatannya masih dangkal. Lebih lanjut, pada usia 12 sampai 24 bulan terbentuk self-recognition, yaitu kesadaran yang memisahkan saya dan orang lain. Maksudnya, muncul kesadaran keberadaan diri sebagai seseorang (separate self) di tengah keberadaan orang lain (Kilroy, 2021). Pada usia ini, biasanya anak sudah mengenal wajahnya bila bercermin bersama orang lain dan merespon panggilan namanya. Konsep diri dan pembentukan identitas diri muncul pada masa remaja. Setelah dewasa sense-of-self terus berubah sesuai dengan pengalaman, hubungan dan perkembangan diri.
Konsep Diri (Self-Concept)
Konsep diri adalah keseluruhan gambaran seseorang tentang dirinya berdasarkan keyakinan, nilai, dan sikap tentang dirinya, termasuk karakteristik fisik, sifat-sifat, kekuatan, kelemahan, dan keunikan dirinya. Karena sumbernya luas, konsep ini bersifat multidimensi dan tidak bermuara ke satu konsep besar. Konsep diri adalah seluruh keyakinan, persepsi, dan perasaan individu tentang dirinya, yang mencakup berbagai dimensi seperti aspek fisik, sosial, dan emosional yang diketahui individu tentang dirinya. Karena dibentuk berdasarkan keyakinan sendiri, konsep diri belum tentu akurat.
Menurut Solomon (2018), dalam perumusan konsep diri, ada lima aspek yang terlibat, yaitu sumber konsep diri, valensi (negativity, positivity) atau arah konsep diri, dominasi sebuah konsep, dan kestabilan konsep diri dari waktu ke waktu dan akurasi.
- Sumber berkaitan dengan faktor-faktor yang memengaruhi konsep diri meliputi faktor internal (misalnya, ciri kepribadian, proses kognitif) dan faktor eksternal (misalnya, interaksi sosial, pengaruh lingkungan).
- Valensi berkaitan dengan arah konsep diri, apakah positif, netral ataukah negatif.
- Dominasi berkaitan dengan kekuatan relatif sebuah konsep diri dibanding yang lain (misalnya “Saya kreatif dan inovatif” lebih kuat dari “Saya sabar dan pengertian”).
- Kestabilan berkaitan dengan apakah konsep diri bertahan dari waktu ke waktu untuk tidak berubah?
- Akurasi berkaitan dengan apakah konsep diri itu nyata? Karena didasarkan pada penilaian diri-sendiri, konsep diri bisa faktual (akurat) dan subjektif. Penilaian subjektif berpotensi menimbulkan bias (tidak akurat). Konsep diri yang sehat adalah yang akurat dan berimbang antara kekuatan dan kelemahan. Terlalu fokus pada kelebihan (over-pride) atau pada kekurangan adalah konsep diri tidak sehat.
Contoh-contoh konsep diri positif:
“Saya cerdas dan rajin.”
“Saya baik dan penyayang.
“Saya yakin dengan kemampuan saya.”
“Saya pendengar yang baik dan teman yang suportif.”
“Saya tangguh dan mampu bangkit kembali dari tantangan.”
“Saya kreatif dan inovatif.”
“Saya bertanggung jawab dan dapat diandalkan.”
“Saya jujur dan dapat dipercaya.”
“Saya mandiri dan percaya diri.”
“Saya berpikiran terbuka dan bersedia belajar dari orang lain.”
“Saya sabar dan pengertian.”
“Saya terorganisasi dan berorientasi pada detail.”
“Saya berempati dan peka terhadap perasaan orang lain.”
“Saya optimis dan memiliki pandangan positif terhadap kehidupan.”
Contoh-contoh konsep diri netral:
“Saya adalah seorang suami.”
“Saya seorang laki-laki.”
“Saya seorang perempuan.”
“Saya adalah orang yang suka sepakbola.”
“Saya adalah seorang lansia.”
“Saya adalah fans Liverpool.”
“Saya adalah orang yang suka olah raga catur.”
Contoh-contoh konsep diri negatif:
“Saya adalah orang yang bodoh.”
“Saya selalu bernasib sial.”
“Saya tidak menarik bagi lawan jenis.”
“Saya orang miskin dan melarat.”
“Saya adalah orang yang sulit bergaul.”
“Saya berasal dari keluarga dengan garis keturunan terkutuk.”
Termiskin di Dunia ini (https://www.youtube.com/watch?v=XOt-_D4uzZo) adalah lagu menggunakan konsep diri negatif (biasa itu, namanya juga lagu).
Self-Concept: Multiple or single?
Apakah konsep diri banyak ataukah satu? Pada awalnya, pemahaman yang dominan adalah konsep diri hanya ada satu (single self-concept). Tetapi, dalam perkembangannya, para ahli menganggap konsep diri sebagai entitas ganda (multiple self-concept) (Solomon, 2018). Seseorang bisa memiliki sumber-sumber konsep diri positif, netral dan negatif sekaligus. Misalnya, Agus menyimpulkan konsep dirinya sebagai berikut:
“Saya adalah orang yang sulit bergaul.” (negatif)
“Saya suka berpetualang dan bersedia mengambil risiko.” (netral)
“Saya adalah fans Persija” (netral)
“Saya cerdas dan cakap (good looking).” (positif)
“Saya baik dan penyayang.” (positif)
“Saya kreatif dan inovatif.”
“Saya bertanggung jawab dan dapat diandalkan.”
Inner-Self dan Outer-Self
a. Inner Self
Inner self adalah citra diri yang tidak ekspresikan pada orang lain. Inner self berasal dari gudang bawah sadar dari pikiran, ingatan, emosi, dan aspek lain dari pikiran, yang kita sembunyikan atau tersimpan di bawah alam sadar (subconscious) kita. Seperti diukatakan Cuncic (2023):
“The inner self is the subconscious repository of your thoughts, memories, emotions, and other aspects of your mind that make up who you are.”
Bagian ini berkaitan dengan kesehatan fisik, mental dan spiritual. Inner self berisikan aspek-aspek diri seperti seperti perasaan, intuisi, nilai, keyakinan, kepribadian, pikiran, emosi, fantasi, spiritualitas, keinginan, dan tujuan, yang bersifat pribadi (tidak kita komunikasikan), tidak kita tampakkan pada publik atau hanya kita bagikan kepada orang-orang tertentu. Sebenarnya, inilah identitas yang asli atau tidak dibuat-buat, tidak seperti outer self sebagai identitas diri yang sengaja dibentuk. Pernyataan singkat Collins English Dictionary (n.d.) tentang inner self : “A person’s true or internal mind, soul, or nature.” Meditasi dapat digunakan untuk menemukan atau menyeimbangkan aspek-aspek inner self.
Pertanyaannya, kenapa tidak kita tampakkan pada orang lain? Ada tidak kemungkinan jawabannya:
- Kita merasa tidak perlu menampilkan inner self. Sebagai contoh, seorang kaya merasa tidak perlu memamerkan kekayaannya di depan umum.
- Kita merasa inner self sebagai sesuatu yang bersifat privat atau rahasia. Misalnya, seorang merasa orientasi seks tidak normal yang dimilikinya adalah rahasia.
- Kita tidak menampilkan inner self untuk suatu tujuan. Ceritanya di sekolah swasta uang SPP ditentukan berdasarkan tingkat ekonomi orang tua. Pernah dengar olok-olok ini? “Saat mendaftar datang seperti pembantu (maaf, bukan merendahkan), saat terima raport datang seperti toko emas berjalan”. Maksudnya, agar anaknya dikenakan SPP lebih rendah, ibu-ibu datang dengan penampilan seperti orang miskin. Saat terima raport, ibu-ibu tampil ‘wah’ (reminder: tidak semua ibu seperti itu).
b. Outer self
Outer self adalah citra diri yang kita tampilkan di depan public. Dalam membentuk outer self, kita dapat memilih sumber-sumber yang berharga untuk ditampilkan, yang diharapkan disaksikan dan dihargai orang lain, seperti penampilan (rambut, pakaian, jam tangan, jaket, sepatu dan lain-lain), sikap, ucapan, prestasi dan lain-lain. Outer self berfungsi seperti “cangkang” yang melindungi serta mendukung posisi dan peranan kita (social roles) dalam masyarakat.
c. Kesenjangan inner self dan outer self
Inner self dan outer self bisa berbeda. Apabila perbedaan tersebut terlalu jauh, individu dapat mengalami tekanan dalam dirinya. Misalnya:
Untuk outer self yang bersifat rahasia. Seorang suami secara diam-diam selingkuh. Di depan istri dan anak-anaknya, dia berperilaku sebagai suami bertanggung jawab dan romantis. Dia tahu bahwa dirinya adalah peselingkuh. Dua sisi yang bertentangan ini (inner self: saya bajingan peselingkuh v.s. outer self: saya adalah pecinta keluarga) akan menimbulkan tekanan.
Identitas diri (self-identity)
Identitas diri adalah unsur-unsur konsep diri yang dipilih seseorang untuk menjelaskan dirinya. Kenapa harus dipilih? Karena individu bergaul dengan orang-orang lain dan ia memerlukan status agar dapat menempatkan diri dalam sistem sosialnya.
Status sosial terkait dengan peranan sosial, yaitu sebagai apa individu dalam kelompok? Seorang pemimpin memerlukan status lebih tinggi dibanding seorang anggota biasa. Status sosial dibentuk melalui apa saja sumber-sumber konsep diri (misalnya: daya tarik fisik, prestasi, keahlian, kebaikan, pergaulan) yang menghasilkan kekaguman (admiration), penghargaan (respect), dan rasa hormat (deference) dari lingkungan sosial (Anderson et al., 2015). Karena itulah, menurut Abrahamse (2019), identitas diri dibentuk melalui sumber-sumber yang positif, dominan dan stabil.
Identitas diri adalah konsep ganda. Kita menampilkan konsep diri berbeda dalam lingkungan sosial yang berbeda. Kita ambil contoh identitas diri Agus.
- Pada lingkungan keluarga istrinya, identitas diri Agus: “Saya baik dan penyayang.” (positif).
- Pada lingkungan Jakmania, identitas Agus: “Saya adalah fan Persija.”
- Pada lingkungan pekerjaan, identitas Agus:
- “Saya kreatif dan inovatif.”
- “Saya bertanggung jawab dan dapat diandalkan.”
Dari contoh-contoh itu terlihat bahwa identitas bisa banyak (multiple). Masing-masing identitas dipakai lingkungan sosial yang berbeda.
Identitas Sosial dan Personal (Social Identity)
Identitas sosial adalah aspek-aspek yang berkaitan dengan lingkungan sosial di mana individu bergabung atau dari mana ia berasal, misalnya: “Saya adalah fans Liverpool”. Identitas personal adalah bagian identitas diri yang membedakan diri kita dengan orang lain, misalnya “Saya kreatif dan inovatif.”
Citra Diri (Self-Image)
Adalah gambaran seseorang tentang siapa dirinya berdasarkan keyakinan individu tentang dirinya dan gambaran orang lain tentang siapa dirinya (Schiffman & Kanuk, 2012). Citra diri dibentuk melalui identitas diri sebelumnya ditambah respon orang lain tentang diri kita. Respon orang lain tentang diri kita bisa berupa:
- Pernyataan langsung, misalnya: “Postur tubuhmu sudah OK, tapi power kurang” (pelatih senam kepada muridnya), “Kamu ini orangnya malas” (ibu kepada anaknya).
- Tidak dinyatakan secara langsung, tetapi melalui sikap dan perlakuan orang lain kenapa kita.
Jadi, citra diri dirumuskan berdasarkan identitas diri (self-identity) dan masukan, sikap dan perlakuan orang lain, seperti dalam penyataan matematik berikut:
Citra diri = f (identitas diri, masukan orang lain+ sikap dan perlakuan orang lain).
Citra diri vs. identitas diri: Mana yang lebih kuat?
Citra diri akan sama dengan identitas diri kalau, pertama, individu sangat yakin tentang identitas dirinya dan mengabaikan masukan dan kesan yang dia tangkap dari orang lain tentang dirinya. Kedua, citra diri akan sama dengan identitas diri kalau masukan dan kesan yang dia tangkap dari orang lain sama dengan identitas diri. Apabila masukan dan kesan orang lain berbeda dari identitas dirin dan dianggap penting (berharga), maka individu akan merevisi identitas dirinya.
Penutup
Konsep diri, identitas diri, identitas personal, identitas sosial dan citra diri adalah konsep yang dinamis dan saling terkait erat. Semua konsep menjelaskan “siapa saya”, yang mencakup aspek yang bersifat privat maupun terbuka. Identitas diri (termasuk identitas sosial dan identitas personal) adalah aspek diri yang bersifat terbuka. Pengalaman dan respon orang lain yang kita peroleh melalui komunikasi simbolik dapat dapat kita gunakan untuk merevisi konsep diri dan identitas diri.
Referensi
- Abrahamse, W. (2019). Eating Sustainably. In Encouraging Pro-Environmental Behaviour (pp. 113–132). Elsevier. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-811359-2.00008-1
- Anderson, C., Hildreth, J. A. D., & Howland, L. (2015). Is the desire for status a fundamental human motive? A review of the empirical literature. Psychological Bulletin, 141(3), 574–601. https://doi.org/10.1037/a0038781
- Collins Inglish Dictionary. (n.d.). Inner self. Collins [Online English Dictionary]. Retrieved November 22, 2023, from https://www.collinsdictionary.com/dictionary/english/inner-self.
- Cuncic, A. (2023, October 23). What Is the Meaning of the “Inner Self”? [Educational Website]. Verywell Mind. https://www.verywellmind.com/tension-between-inner-self-and-outer-self-4171297
- Schiffman, L. G., & Kanuk, W. (2012). Consumer Behavior. Pearson Prentice-Hall.
- Solomon, M. R. (2018). Consumer Behavior: Buying, Having, and Being (12th ed.). Pearson.